Kamis, 20 September 2007

Sungai Transportasi Masa Depan Jakarta

Oleh: Syafuan Rozi, Peneliti P2P LIPI Jakarta

Salus Publica suprema Lex esto. Kesejahteraan Publik

hendaklah menjadi Hukum yang tertinggi.

Saat melintas di sepanjang jalan Casablanca, Jakarta Timur, terpikir ada peluang besar yang tak boleh terlambat untuk secepatnya bisa dilakukan oleh Pemda dan warga kota. Inovasi kota tersebut adalah menjadikan banjir kanal yang sedang dibangun tersebut juga bisa berfungsi sebagai sarana transportasi kota, pemberdayaan ekonomi masyarakat lewat pasar terapung dan dunia pariwisata air. Jangan sempitkan fungsi kanal sungai hanya sebagai pengendali banjir di musim hujan.

Bulan-bulan ini, ada puluhan ‘mesin keruk besi’ sedang jumpalitan membuat kanal untuk mengantisipasi datangnya banjir bandang. Jawaban terhadap datangnya air bah kiriman yang pernah memeluk Jakarta beberapa waktu yang lalu. Kanal tersebut akan terbentang dari Bekasi sampai muara Jakarta Utara. Begitu juga kali Ciliwung, yang direncanakan agar dari hulu Manggarai sampai Tanah Abang yang bisa dilalui oleh kendaraan sungai. Upaya yang bagus, ketika setiap hari warga kota gerah di jebak kemacetan yang semakin menjadi-jadi.

Jika bisa sekali merangkuh dayang, dua tiga pulau terlampau, mengapa kita tidak melakukan upaya inovasi untuk kota kita. Melalui proyek banjir kanal tersebut, selain mengatasi banjir, kita juga bisa mengurai masalah kemacetan lalu lintas di Jakarta dan sekaligus penciptaan lapangan kerja baru.

Inovasi Kota Lewat Sungai

Jakarta selain mengalami masalah banjir, juga menderita karena kemacetan lalu lintas dan sempitnya lapangan kerja. Kita perlu melakukan inovasi untuk kota kita. Inovasi yang dimaksud adalah mengembangkan fungsi kanal tersebut untuk sarana transportasi, perdagangan dan pariwisata. Kanal tersebut bisa dijadikan pasar terapung sebagai ‘objek wisata baru Jakarta’ dengan memanfaatkan lalu lalang perahu. Para turis bisa menikmati waktu luangnya untuk membeli buah-buahan, cindera mata dan aneka jajanan. Wisata kuliner dan bursa cindera mata akan bisa dilakukan di sepanjang kanal. Hal ini sudah dilakukan di Thailand.

Banyak kesempatan bagi mereka yang putus sekolah dan menganggur untuk dilatih membuat aneka kerajinan cindera mata. Kemudian pasarnya ada di sepanjang banjir kanal dan sungai-sungai Jakarta. Persoalan kota kita adalah tingginya angka kemiskinan dan pengangguran. Ini adalah saat yang tepat bagi anggota DPRD dan Pemda DKI untuk membuktikan bahwa Kesejahteraan Publik hendaklah menjadi Hukum yang tertinggi.

Sebaiknya, di masa yang akan datang Pemda dan masyarakat sekitar banjir kanal bersama-sama mengadakan festival dan karnaval berkala, tidak hanya saat 17 Agustusan. Acara sejenis akan menjadi ’besi berani’ yang akan menarik banyak pengunjung dari manca negara untuk datang. Jika mereka datang, libatkan keluarga agar mereka bisa tinggal (home-stay). Cara ini akan membuka pemasukan sewa tinggal dan penghasilan dari cindera mata yang mereka buat. Konsep tersebut berkaitan dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasi keluarga.

Kendala & Solusi

Banjir kanal yang dibangun belum memperhitungkan debit air dan ketinggian jembatan untuk bisa dilalui oleh sarana transportasi sungai. Dibeberapa tempat, terlihat dibangun semacam gorong-gorong sempit, yang diatasnya ditimbun dan tampak akan difungsikan sebagai jembatan. Hal ini akan menjadi penghambat bagi banjir kanal untuk digunakan sebagai sarana transportasi. Paling kurang, tinggi jembatan dari permukaan air sekitar 3-5 meter agar aman dilalui oleh aneka ukuran perahu dan kapal kecil.

Kendala yang lain, memasok air yang konstan agar kanal cukup dalam untuk lancar di lalui. Selain mengatasi pembuangan sampah oleh warga kota. Untuk itu diperlukan teknologi sumur pompa di kala musim kemarau tiba, selain secara alami memilihara hulu daerah aliran sungai agar bisa menghasilkan mata air yang melimpah dan abadi.

Hal yang lebih teknis, perlu pengadaan perahu untuk sarana transportasi dan pasar terapung. Jika impian ini menjadi nyata, warga kota sepanjang kanal akan punya pilihan untuk menghindari kemacetan di jalan raya. Lapangan kerja baru akan terbuka bagi warga kota untuk menjadi pengrajin perahu, pedagang di pasar terapung, usaha restoran terapung, biro perjalanan, pemandu atau operator perahu wisata semacam gendola di Italia, bus air di Belanda atau crush-ship di sepanjang King River, Thailand. Semoga membangun kota lewat banjir kanal, tidak hanya bermakna menggusur warga yang dilalui kanal tersebut tapi juga bermakna penciptaan lapangan kerja bar, menyediakan alternatif kemacetan lalu lintas dan menghidupkan pariwisata dan perdagangan. Jakarta sebagai salah satu kota tujuan wisata duni di masa mendatang.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda